Label

Sabtu, 11 Desember 2010

Karena Dia Begitu Sayang


Mensyukuri langkah, merajut hari-hari dalam balutan kisah kehidupan kadang berkali-kali menjadikan kita berada dalam kefuturan akan kemahakuasaan-Nya. Sering kita berujar, betapa banyak do’a yg kita panjatkan, namun mengapa belum jua harap terwujud dalam nyata? Atau mungkin sering pula kita berkata, begitu banyak ibadah kita haturkan, namun mengapa Ia selalu menjadikan kita kecewa dalam menjalani segala keputusan-Nya?
 dgn diiringi riuh gemuruh tepuk tangan syetan, kita menyangkal segala karunia yg ada. Kita melupakan atas semua karunia yg pernah ada. Kita melupakan atas semua yg telah hadir mengantarkan kita sampai detik dimana saat ini kita masih bisa menarik nafas panjang, merasakan segarnya aroma kehidupan.
            Ketika suatu hari seorang ibu dengan segenap kasih dan sayangnya memeluk dan menciumi putrinya. Dengan penuh kemesraan, ia membelai lembut rambut sang putrid sambil berucap do’a penuh cinta. Saat itu  ada yg semestinya kita tanya dalam diri kita, mengapa sang ibu itu sampai begitu mesranya, begitu sayangnya pada putrinya itu??
            Ibu itu beujar, “Karena ini adalah buah hatiku, yg terlahir dgn taruhan nyawaku, yg dalam tubuhnya mengalir darahku, sehingga tiada pantas bagiku untuk tidak mengasihinya dgn segenap kasih dan cintaku….”
            Tentunya tak ada dari kita yg tidak sependapat dgn pernyataan ibu itu di atas. Namun ketika kita mencoba menyelami makna yg ada di baliknya, semestinya kita pun tersadar, bahwa ternyata seorang yg “hanya” berperan untuk melahirkan saja sebegitu cintanya pada kita. Apalagi Ia yg telah menciptakan kita.
            Padahal kalaulah Allah tidak menyayangi kita, begitu mudah bagi Ia untuk menurunkan azab-Nya, menimpakan pada kita yg tidak secuil pun memiliki kuasa atas semua kehendak-Nya. Kalaulah Ia tidak menyayangi kita, betapa mudanya bagi Ia untuk membukakan dan mempertontonkan seluruh aib kita hingga tiada sanjungan, tak ada lagi gelar kehormatan, apalagi jika hanya sebuah predikat yg hanya ada dalam pandangan manusia. Tidak ada! Semua akan hilang ketika mereka tahu sebenarnya betapa hina diri ini. Tinggallah kita seonggok makhluk yg penuh dgn penyesalan akan apa yg telah kita lakukan, karena melupakan segala nikmat dan karunia yg selalu hadir menemani hari-hari panjang kita.
            Mengingat kembali segala dosa sejenak, sesaat sebelum mata ini terpejam, mengingat kembali khilaf yg telah kita perbuat, bermohonlah ampun pada-Nya karena hanya Ia satu-satunya yg Maha Penerima Taubat Hamba-Nya, karena diesok hari kita tak akan bisa dan tak akan pernah bisa menjamin akan keberadaan kita  di dunia yg fana ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar